cerita kehidupan ini kiranya dapat membantu kita di dalam menjalani kehidupan sehari-hari didalam keluarga,masyarakat,pekerjaan,dan orang tua juga anak-anak

Sabtu, 02 April 2016

     Hal memberi dan menerima sering sekali menjadi perdebatan oleh para teolog,dan kita berharap bukan sekedar teori. Hal ini juga bukan merupakan sebuah dongeng untuk kemudian tidak diacuhkan oleh orang-orang terpelajar. juga bukan sekedar fakta untuk disimpan dalam jangka waktu lama oleh orang-orang yang kritis, juga bukan sebuah teka-teki untuk dipecahkan oleh orang-orang yang terobsesi. Lebih dari semua itu, hal ini adalah suatu kebenaran yang paling penting pada saat ini, yang tidak cukup untuk dipahami saja tetapi harus dipersiapkan, diusahakan, dan dijalankan dengan serius.
     Kita ingat kisah janda di Sarfat dalam 1 Raja-raja 17?membaca kisah ini, sering kali kita berpikir bahwa mukjizat itu terjadi karena janda itu sudah berkorban begitu besar.
     Apa sebenarnya yang Tuhan atau Elia minta dari janda Sarfat ini?
     Mari kita baca dan teliti kisahnya.

     Sesuai dengan perintah Tuhan, Elia pergi ke Sarfat dan tampaklah di sana seorang janda yang sedang mengumpulkan kayu api,lalu: kita bisa baca kisah lengkapnya di 1Raja-raja 17:10b-12
      Kalau kita baca kisah ini selintas saja, maka kita akan berkata, "Betapa teganya Tuhan atau Elia meminta janda miskin itu berkorban begitu rupa. Bukankah ia hanya punya segenggam tepung dan sedikit minyak? Dan itulah yang terakhir milik mereka. "
     Dan para pengkhotbah pun selalu mensyaratkan "korban yang begitu besar "untuk terjadinya sebuah mukjizat. Mereka berkata "kalau Saudara mau mengalami mukjizat seperti janda Sarfat ini, lakukan seperti yang dia lakukan. Berkorbanlah begitu rupa! Tidak usah khawatir tentang hidup Anda, Tuhan akan melakukan mukjizat bagi saudara.
     Itu satu khotbah yang baik bukan?
     Tetapi apakah benar demikian? apakah sesungguhnya yang diminta oleh Elia?Mari kita lanjutkan membaca, di 1 Raja-raja 17:13

     "Tetapi Elia berkata kepadanya:'janganlah takut, pulanglah,buatlah seperti yang kau katakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya,dan bawalah kepadaku,kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu."

     Perhatikan: pada waktu pertama ia meminta (ayat 10-11),Elia hanya meminta sedikit air dan sepotong roti. Dan untuk menegaskan apa yang dia minta, pada ayat 13 dia menambahkan perkataan "kecil ".dia berkata, "sepotong roti bundar kecil. "
     Sedikit air, itu tidak berarti semua yang ada! Dan sepotong roti bundar kecil, itu hanyalah sebagian(kecil )dari apa yang ada (pada janda itu ).
     Kita harus mengakui bahwa kerap kali kita berpikir bahwa sebelum membuat mukjizat, Tuhan selalu membawa kita kepada situasi yang "begitu sulit "dan "sangat memberatkan".
     Entah bagaimana mulanya,saya juga sempat berpikir bahwa Elia telah begitu tega.permintaannya itu begitu berat untuk dilakukan. Kita harus mengesampingkan sama sekali kepentingan kita agar dapat mengalami mukjizat Tuhan.
     Tetapi perhatikanlah apa kata Elia:"jangan takut, pulanglah, buatlah seperti yang kau katakan....."
     Kita lihat, Elia tidak menghalangi janda itu membuat roti bagi dia dan bagi anaknya.Dia hanya meminta agar janda itu membuatkan "terlebih dahulu"bagi dia sepotong roti bundar kecil dari tepung yang ada. Elia berkata,...... tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya,dan bawalah kepadaku,kemudian barulah










Tidak ada komentar:

Posting Komentar